PEMUDA, AL-QUR’AN DAN DAKWAH
Segala
sesuatu di ciptakan tentu dengan maksud. Namun, seringkali manusia membutuhkan
waktu yang tidak sebentar untuk memahami isi dari maksud tersebut. Begitu juga
halnya tentang penciptaan manusia. Hanya Allah yang lebih tahu, yang kita tahu
adalah Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepadaNya.
Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah, yakni untuk mengelola dan memakmurkan
bumi. Memakmurkan bumi berarti memakmurkan segala isi yang ada di dalamnya. Bukan
malah berbuat sebaliknya.
Dalam konsep kehidupan ini. Sering kita jumpai
insan-insan yang tak lagi tau arah hidup. Kebanyakan orang menjalani hidup ala
kadar dan seenaknya. Seolah tanpa aturan, padahal jelas terdapat dua perkara
sebagai pedoman hidup manusia. Pedoman yang Rasulullah tinggalkan sebelum
wafat, yakni Al-Qur’an dan Hadist.
Ironisnya,
ketidaktentuan dalam hidup terjadi pada para generasi penerus bangsa, yakni
pemuda. Pemuda yang semestinya menjadi pionir-pionir peradaban bangsa justru
terjerat dengan berbagai masalah kenakalan remaja. Banyak pemuda harapan bangsa
yang terlibat dalam Seks bebas, narkoba,
tawuran, serta tindakan kriminal lainnya. Salah satu penyebabnya, ialah
jauhnya pemuda dari Al-Qur’an. Pemuda yang jauh dari Al-Qur’an maka jauh pula
dari yang menciptakannya. Jika sudah begini, cara satu-satunya ialah pemuda
harus kembali pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Untuk mengembalikan peradaban Qur’ani, tentulah di
butuhkan waktu yang tidak sebentar. Pondasi-pondasi islam harus di tanamkan
sejak dini. Agar ketika besar, pondasi tersebut sudah kokoh dan melekat
sehingga tak mudah di goyahkan.
Pendidikan Al-Qur’an sejak dini dapat menjadi salah satu
gerakan untuk membangun peradaban Qur’ani. Pendidikan Al-Qur’an dapat di
tanamkan melalui tatanan masyarakat terkecil, yakni keluarga. Lalu di tanamkan
di sekolah baik sekolah umum maupun sekolah khusus seperti pesantren.
Tak
ada kata terlambat untuk memulai. Pada usia saat ini pun kita masih bisa
berubah. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi, Allah tidak akan mengubah
suatu kaum bila ia tidak mengubahnya. Maka, disini di perlukan usaha manusia
dalam mengubah pola hidupnya dari salah menjadi benar. Dari gelap menuju
benderang.
Yahudi menang bila meninggalkan
kitab suci, sedangkan Islam menang bila memegang kitab suci.
Melalui pernyataan inilah dapat kita telaah bersama bahwa dengan memahami
kandungan serta mengaplikasikan apa yang tertuang dalam Al-Qur’an akan membawa
kita pada keselamatan. Sedang jauh padanya, membuat kita tersesat.
Dalam
orasinya, Bung Karno juga mengatakan “berikan aku sepuluh pemuda maka aku akan
mengguncang dunia!” pernyataan mantan Presiden pertama kita ini, menunjukan
bahwa pemuda adalah pionir pionir bangsa. Penggerak! Golongan Muda lah yang
berhasil mendesak golongan tua untuk segera mendeklarasikan proklamasi ketika
Jepang sedang kocar kacir mengurus Hiroshima dan Nagasaki yang di hatam bom
atom kala itu. Pemuda pula yang dengan lantangnya mengibarkan arek arek Suroboyo
pada tahun 1945 ketika Belanda kembali menyerang Indonesia. Sungguh peran pemuda
dalam membangun bangsa ini sangat banyak. Sangat berjasa. Islam juga tersebar
luas melalui peran para pemuda. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan , Ali bin
abi Thalib, Bilal bin Rabah dan para sahabat lainnya. Mereka membantu
Rasulullah hijrah ke Madinah. Memperluas wilayah kekuasaan Islam. Meneruskan
dakwah Rasulullah hingga estafetnya turun ke tangan para generasi hari ini.
Pemuda
banyak memberikan sumbangsih atas pembangunan dan kemerdekaan bangsa.
Semestinya hal-hal itulah yang membuat semangat dalam jiwa pemuda terus
menyala-nyala. Lalu, apakah yang memadamkan api semangat itu? tidak lain adalah
jauhnya pemuda dari Al-Qur’an.
Kalau
kita bermain games, ada aturan-aturan
yang sudah dibuat. Ada yang di bolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan. Pelanggaran
atas aturan yang sudah di buat akan mendapatkan sanksi. Entah didiskualifikasi,
dikurangi poinnya. Atau bentuk hukuman-hukuman lainnya. Sama halnya seperti
kita menjalani hidup didunia ini. Ada aturan baku dan tidak baku yang sudah
dibuat dan ditetapkan. Apabila melanggar akan mendapat hukuman. Begitu juga
sebaliknya, jika menaati aturan akan selamat.
Fenomena
yang terjadi hari ini adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an. Banyaknya larangan Allah yang dilanggar. Pelanggaran
ini sebagian besar dilakukan oleh pemuda. Survey BNN (Badan Narkotika Nasional)
menunjukan bahwa pemuda terlibat dalam
penyalahgunaan narkotia 50-60%. Lalu, menyumbang presentase sebesar 40% pada
kasus seksual dan kenakalan remaja lainnya. Padahal sering kita dengar bahwa
pemuda ialah agent of change. Jika
begini, mampukah pemuda untuk menjadi agent
of change?
Rasa-rasanya
kita perlu untuk prihatin dengan keadaan seperti ini. Namun, disisi lain masih
ada segelintir pemuda yang tetap bersemangat untuk mengkaji Al-Qur’an. Mereka
mengadakan pertemuan rutin tiap minggu untuk meng-upgrade nilai-nilai keislaman pada diri masing-masing. Saling
membuka wawasan dan pikiran. Membaca catatan sejarah bangsa dan keislaman. Hal
inilah yang lambat laun membuat nilai-nilai Al-Qur’an tumbuh dalam jiwa mereka.
Sebab, ada aktivitas kebaikan yang diulang-ulang. Budaya saling mengingatkan
serta menasehati yang ditanamkan pula.
Segelintir
pemuda ini juga turut serta dalam menegakkan syariat Allah meski lebih sering
mereka ditentang. Isu-isu mengenai pergerakan terorisme mulai menjadi fitnah
bagi segelintir pemuda ini. Sering kali tindakan kebaikan yang mereka lakukan
dicurigai, takut kalau-kalau yang dibawa mereka adalah panji terorisme, aliran
sesat dan berbagai tudingan lainnya.
Segelintir pemuda ini seperti oase ditengah gurun pasir.
Mereka bekerja tanpa dibayar. Niatnya belum terkontaminasi dengan kepentingan
pribadi maupun kelompok. Satu hal yang menjadi landasan mereka untuk tetap
berada dijalan kebaikan yang menyakitkan ini tak lain adalah mardhatillah. Jumlah mereka memang tak
banyak, sebab tak mudah menapaki jalan menuju kebaikan. Maka dari itu tak heran
banyak yang berguguran di jalan ini.
Seringkali
kita mendengar kata dakwah. Ya, jalan
kebaikan ini disebut dengan jalan dakwah. Dakwah artinya seruan, ajakan,
panggilan. Panggilan pada apa? Pada hal kebaikan.
Dakwah
ialah kontribusi sederhana yang bisa diberikan oleh pemuda. Yakni mengajak
orang lain pada aktivitas kebaikan. Berdakwah dapat dilakukan dikalangan
anak-anak, remaja, dewasa, orangtua maupun masyarakat. Terdengar sederhana
memang, namun tak mudah. Sebab, dalam kebaikan bukan diri sendiri saja yang
dipikirkan. Melainkan memikirkan kebaikan untuk orang lain.
Pada
diskusi di atas, telah kita singgung pemuda sebagai agent of change. Ketika seorang anak tumbuh menjadi dewasa bukan
hanya kedua orang tuanya yang mengharapkan kontribusi bagi keluarga. Masyarakat
juga berharap bahwa tunas-tunas bangsa ini mampu memberikan angin segar di lini
masyarakat.
Tentulah
ketika kita ingin memberikan output yang baik kepada masyarakat. Kita juga
harus mengisi diri dengan input atau asupan yang baik. Asupan tersebut meliputi
asupan jasadiyah, fikriyah maupun
ruhiyah. Salah satu asupan ruhiyah ialah dengan membaca Al-Qur’an.
Pemuda
kerap kali mengalami kelabilan dalam siklus hidupnya. Maka, mendekatnya diri dengan Sang Illah melalui
Al-Qur’an akan mengokohkan dinding keimanan para pemuda. Sehingga dengan begini, peran dakwah pemuda
di masyarakat dapat menuai jiwa-jiwa qur’ani. Wallahu’alam,
Wahai Pemuda,
Taruhlah Al-Qur’an didadamu.
Berdakwahlah dengannya atas nama
Rabb-mu.
0 Response to "PEMUDA, AL-QUR’AN DAN DAKWAH"
Post a Comment