Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Tuhan Tampar Aku

Langit Pucat Pasi, Hati pun Bergemuruh “Tuhan mengagumi remaja yang tidak mengikuti hawa nafsu serta menyeleweng dari jalan yang benar”, sepenggal riwayat itu masih melekat erat di benak Najwa. Gadis beriris mata cokelat itu melempar jauh pandangannya kelangit. Entah apa yang dicarinya, sesekali dia mengaduh dan menghentakkan kaki. Seperti habis melakukan kesalahan besar, “Kenapa Najwa? Ada yang mengganggu pikiranmu kah?” tanpa disadari Bu Farida sudah duduk manis disampingnya, “Loh ibu sejak kapan disini?” tanyanya heran bercampur rasa kaget, “Sejak aduhan-mu memancing hati Ibu untuk kemari” Najwa tertegun, ternyata ada yang memperhatikan tingkah laku anehnya sedari tadi. Najwa menatap   Bu Farida, “Tak apa Bu, saya hanya bosan” ujarnya mencoba meyakinkan. Bu Farida tampaknya mengerti, ia hanya mengelus pundak Najwa lalu beranjak meninggalkannya. Sore itu, langit mulai pucat pasi tak lama rengekannya semakin jelas terdengar. Najwa tidak berkutik sedikit pun dari persing

Ibu, selamat Ulang Tahun

Ibu, selamat ulang tahun 20 oktober 2012 ,08.52 WIB Oleh : Adinda Syafa’atul Udzmah Dingin menyentuh kalbu, rinai-rinai air langit nampaknya baru saja berhenti bekerja. Aku tergopoh-gopoh tak sabar menemui Kak Linda, ketua asrama kami. Hari ini Ibuku genap 46 tahun, Ayah menyuruhku pulang kerumah bukan untuk menyanyikan lagu Happy Birthday atau Potong Kue. Tapi, untuk mendo’akannya langsung, mendengarkan do’anya, mengamininya dan membantu mengabulkan cita-citanya. Begitu ku tangkap sosok Kak Linda aku segera pamit padanya, “Aku izin pulang kak, Ibu hari ini ulang tahun” tanpa pertanyaan lebih detil Kak Linda pun mengiyakan, “Salam buat ibumu” pesannya. Singkat cerita sampailah aku di rumah. Hanya ada Ayah dan Ibu, sunyi sekali. Rumah kami sangat sederhana, tidak ada perubahan sedikitpun sejak aku pergi ke asrama. Teras yang tak berlantai. Dinding yang belum di cat, dan kesejukan yang selalu ramah menjumpai.   Aku suka rumah ini. Ngiiikk .... Pintu terbuka perlah

KUNCINYA “Serahkan Saja PadaNya”

Aku mulai lagi, memainkan jemari dengan indah memberikan setidaknya menit untuk bernafas. Otakku sesak sebenarnya, mulai mengaduh-aduh ketika kata demi kata meminta dikenal. “Aku letih!!” teriaknya mengeluh. “Sabarlah, aku masih membutuhkan ruang dalam ingatanmu. Aku janji setelah ini kita bermain main yah” hatiku mulai memparasimpatikkan nada nada yang bersahut sahutan. Kadang kita sering berperang dengan diri sendiri. Si otak mulai letih tapi hati tetap bersorak sorai menggemakan semangat, “Cayooo” katanya atau, “Kamu pasti bisa!!!” Intuisi kita berpengaruh besar sebenarnya pada apa yang kita pikirkan. Jika kita berprasangka baik tentunya sinyal positiflah yang otak kita tangkap. Justru sebaliknya ketika prasangka kita buruk maka hal negatiflah yang ditangkap. Khalifah Umar Bin Khattab pernh berkata “Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”. Letih memang, begitulah hakikatnya menuntut ilmu. Begitulah dasarnya belajar. Kesal karena sulit mem

PRIA LUSUH

Pakaiannya tak sebagus yang lain. Hanya sweater usang bekas abangnya beberapa tahun lalu. Pandangannya tejam, penuh penjagaan dan percaya diri, meski kadang langkahnya tak pasti. Ia terus berjalan. Aku bilang dia percaya diri. Sepercaya diri ketika dia mengatakan,”aku menyayangimu” padaku. Aku pikir dia main main, tapi hari itu dengan bermandikan keringat dan nafas naik-turun serta tatapan seolah mengharapkan aku pun merasakan hal yang sama, dia bilang ingin jadi yang terakhir. Hari itu dia lusuh sekali tapi aku tak peduli. Aku mengamatinya dari balik jendela, “Memang kamu sudah siap?” kata Abah padanya. “Insyaallah Bah, saya yakin dengan keputusan ini” Abah terhenyak sejenak, matanya mencoba menerawang pikiran pria kecil itu. Nampaknya ia makin tersudut. “Kasian Gifari” bisik Mba Elok ditelingaku, “Hmm biarkan saja Mba, salahnya sendiri nekad kemari” jauh dilubuk hati, sebenarnya aku menginginkan Gifari yang bersanding bersamaku dipelaminan. Oh Tuhan, aku bimbang.