PRIA LUSUH
Pakaiannya tak sebagus yang lain. Hanya sweater usang bekas
abangnya beberapa tahun lalu. Pandangannya tejam, penuh penjagaan dan percaya
diri, meski kadang langkahnya tak pasti. Ia terus berjalan. Aku bilang dia
percaya diri. Sepercaya diri ketika dia mengatakan,”aku menyayangimu” padaku.
Aku pikir dia main main, tapi hari itu dengan bermandikan
keringat dan nafas naik-turun serta tatapan seolah mengharapkan aku pun
merasakan hal yang sama, dia bilang ingin jadi yang terakhir.
Hari itu dia lusuh sekali tapi aku tak peduli. Aku
mengamatinya dari balik jendela, “Memang kamu sudah siap?” kata Abah padanya.
“Insyaallah Bah, saya yakin dengan keputusan ini” Abah terhenyak sejenak,
matanya mencoba menerawang pikiran pria kecil itu. Nampaknya ia makin tersudut.
“Kasian Gifari” bisik Mba Elok ditelingaku, “Hmm biarkan saja Mba, salahnya
sendiri nekad kemari” jauh dilubuk hati, sebenarnya aku menginginkan Gifari yang
bersanding bersamaku dipelaminan. Oh Tuhan, aku bimbang.
bersambung...
0 Response to "PRIA LUSUH"
Post a Comment