Saat Allah Menunda Satu Nikmatmu
gambar; Google |
I am back! setelah dua bulan gak nongol lagi di blog. Jujur sedih, tapi memang dua bulan ini sedang membenahi ritme kerja, menguatkan mental, memperbaiki kembali cara berpikir, dan menata hati tentunya. Bukan karena patah hati, tapi karena ada niat yang harus terus diperbarui, seperti kaca yang cepat berdebu, begitu juga dengan hati, mudah sekali kotor.
Baru aja, kemarin banget, Sabtu 19 September 2020 sahabatku main ke rumah. Rasanya senang sekaligus bersyukur banget karena kembali Allah pertemukan dengan sahabat yang bisa menguatkan iman dan mengingatkan betapa luasnya nikmat Allah. Masya Allah.
Aku dan sahabatku ini punya latar belakang ujian rumah tangga yang sama. Kami sama-sama belum diamanahkan oleh Allah dengan kehadiran buah hati. Usia pernikahan ku sudah berjalan dua tahun, dan sahabat hampir 4 tahun. Kami banyak sekali cerita, bertukar pikiran, dan bernostalgia. Kurang lebih aku akan sharing hal yang kami "obrolin" dan hal itu benar-benar bikin aku "semangat", semoga semangatnya nular ya. Jujur gak mudah menuangkannya dalam sebuah cerita dan gak mudah juga untuk membagi hal ini (awalnya).
Beberapa bulan terakhir ini aku baru terbuka dan bisa membicarakan topik tentang "kehamilan dan momongan" dengan lebih santai dan gak baper. Awalnya hal itu sangat sensitif sekali di telinga. Bukan karena topiknya, tapi karena cara orang lain menanyakannya, dan aku yang dalam posisi belum bisa menanggapi dengan mudah alias gak baperan, akulah yang belum bisa menguasai ilmu "merespon dengan baik and chill tentunya" 😂😂
Aku gak perlu cerita bagaimana orang menyudutkan perempuan sebagai penyebab utama, itu lumrah terjadi, atau bagaimana orang-orang membandingkan kita dengan pasangan yang baru menikah dan memiliki anak duluan, itu sering terjadi. Kadang pasti ada orang-orang yang usil, tapi anggap saja itu semua karena ketidaktahuan mereka dalam menyampaikan "rasa kepo" atau kita memang yang harus lebih positif thinking, harus lebih luas hati.
Alhamdulillah secara medis dan alternatif kami berdua dinyatakan baik-baik saja. Mungkin Allah belum memberikan momongan karena tahu di dalam hati yang terdalam kami belum siap menjadi orang tua. Memang di tahun pertama, kami dalam masa beradaptasi dan banyak sekali pekerjaan dan PR yang harus diselesaikan. Namun, aku dan pasangan juga tidak abai, kami tetap memeriksakan ke dokter takut memang ada apa-apa. Alhamdulillahnya semua baik-baik saja. Dokter hanya menyarankan untuk bersabar. Memasuki tahun kedua, kami juga berencana untuk memeriksakan kembali. Insya Allah kami juga sudah lebih siap. Doakan ya! 😇
Di tahun ini aku lebih bisa mengendalikan diri, kadang kita butuh waktu untuk menerima komentar orang yang tidak menyenangkan. Butuh waktu untuk melatih hati dan telinga untuk mendengar kritik dan saran, entah itu yang membangun atau menjatuhkan. Karena kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang katakan tentang kita, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita meresponnya. Dan aku memilih untuk bisa merespon dengan baik dan cool tentunya. Hahaha.
Pada suatu hari yang cerah dan teduh (kok kaya cerpen hahah) aku termenung dan ingat,
"Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya"
Aku dan suami diberi ujian ini karena Allah SWT yakin kami mampu melaluinya dengan baik. Mungkin kalau diberi ujian lain kami belum tentu sanggup. Sehingga Allah memilihkan ujian yang memang bisa kami lalui dan kami sanggup.
Akupun diingatkan betapa banyak nikmat dan kemudahan yang Allah berikan. Alhamdulillah Allah menjadikan kami pasangan yang akur, rukun, rumah tangga yang damai, ke empat orang tua yang luar biasa baik, keluarga yang damai, tempat bernaung, kesehatan, kebahagiaan, dan banyak lainnya.
Ya Allah, ini Hanyalah satu kenikmatan yang Engkau tunda. Hindarilah kami dari sifat kufur nikmat. Seringkali, manusia saat diberi ujian lupa bahwa bersama ujian berdamping erat dua hal yaitu Rasa Syukur dan Rasa Sabar. Dua hal inilah penguat ditengah ujian. Betapa banyak nikmat yang harus kita syukuri, kita tidak akan pernah mampu menghitung seluruh nikmat yang Allah berikan barang dalam satu hari, saat bangun hingga kembali tidur.
Ujian ini juga mengingatkan aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjadi Madrasatul 'Ula bagi anak-anakku kelak. Ada banyak sekali pasangan diluar sana yang Masya Allah rasa syukur dan sabarnya perlu ditiru dan diacungi jempol. Apa yang aku hadapi ini tidak seberapa besar.
Dan hal ini juga mengingatkan aku udah lebih berhati-hati dalam menjaga lisan, tulisan, hati, dan pikiran. Untuk tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, untuk tidak menyakiti orang lain baik dalam perkataan maupun perbuatan. Jangan sampai kita harus mengalaminya agar mengerti, tapi cobalah untuk mengerti meskipun tidak mengalami. Cobalah untuk berada diposisi orang yang sedang diuji oleh Allah.
Semoga sedikit kisah ini bisa menjadi pengingat bagi siapa saja yang sedang Allah SWT uji hari ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca semoga menjadi pengingat yang baik baik para pembaca terutama bagi sang penulis.
:)
Masyaa Allah, semangaat mbaa, saat diuji memang harus terus husnudzon ke Allah dan bersabar ya. Semoga segera diamanahi momongan mba :)
ReplyDeleteBelajar ga baper dan tetep cool saat orang lain memberi komentar ga enak memang penuh lika liku ya mba.
ReplyDeleteSemangat mba. Semoga segera memperoleh momongan 😊
Insyallah diberikan saat waktu yang tepat ya mbaa..
ReplyDelete