CERPEN : MUNGKINKAH

f
untukmu yang diam-diam merindu, mungkinkah?
by Syafa'atul Udzmah
Hasil gambar untuk gambar kecewa
form google







Aku mendapati Ratih, lagi-lagi sedang menangis, ditaman belakang tempat yang sama. Setelah tiga puluh menit mencari ke sudut sekolah, akhirnya kutemukan juga. Bulan lalu Ratih juga seperti ini, tapi entah kenapa aku tidak langsung ke taman dibelakang sekolah. Tak terpikirkan olehku, ya barangkali begitu. Aku hanya panik, sebab sehabis dilabrak oleh Monic pagi tadi, Ratih tak juga nampak hingga siang hampir berlalu. Hari ini Ratih benar-benar kasihan. Bodohnya aku tidak berani berbuat apa-apa.

“Aku mencari kamu sejak tadi” aku duduk disamping Ratih. Ia buru-buru mengusap airmata dipelupuk matanya.

“Teruskan saja menangisnya, jangan pedulikan aku” kuserahkan sapu tangan bercorak kupu-kupu padanya.

“Aku tahu aku salah” Ratih membuka pembicaraan, sebelum-sebelumnya ia hanya menangis saja dan pulang.

“Aku sudah terlanjur jatuh hati, kukira Anton sungguhan. Tapi, ternyata menjadikan perempuan sepertiku sebagai taruhan sungguh keterlaluan” Aku menepuk pelan-pelan pundak Ratih. Aku tahu betapa dalam Ratih menyukai Anton.

“Dari sekian banyak wanita di sekolah ini, mengapa harus aku yang terjebak?” Ratih kembali meracau, aku menatap matanya yang sembab dan digenangi airmata. Aku tahu Ratih malas sekolah, malas bertemu teman-teman, malas bertemu mantannya Anton yang bernama Monic tadi, yang mengira bahwa Ratih merebut Anton. Monic juga menyebarkan berita bohong tentang Ratih di social media miliknya.

“Satu hal yang harus kamu tahu, ini bukan salahmu” aku menggenggam tangan Ratih yang dingin.

“Kamu sangat menyukainya” Ratih mengangguk kencang, ia menahan isak di dada, sama seperti aku. Aku juga menahan luka yang memerih.

“Dan satu hal yang harus kamu terima Ratih, cintanya kepadamu itu palsu” entah mengapa kalimat itu terlontar dari mulutku, airmata Ratih semakin membanjiri kedua pipinya. Aku hanya ingin Ratih meluapkan kesal dan sesalnya hari ini. Tadinya, kukira Anton pria baik-baik yang akan menyayangi Ratih, begitu tahu Ratih suka padanya tentu aku ikut senang. Sebagai pria yang menyukainya diam-diam, aku merasa bersalah membiarkan hatinya jatuh ditempat yang salah. Namun, aku juga tidak mampu membuatnya jatuh cinta. Kami sama-sama bertepuk sebelah tangan, setelah ini mungkinkah kami saling bersambut tangan?


Entahlah.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CERPEN : MUNGKINKAH "

Post a Comment